sahabatliterasi-Lanjutan dari komunitas sahabat literasi, dari pembahasan Pengantar Filsafat lanjut dengan pembahasan "Pengantar Logika" yang semestinya dalam ruang diskusi, logika bekerja sebagai kompas yang menuntun alur berpikir agar tidak tersesat dalam opini yang tidak berdasar. Logika, pada hakikatnya, adalah ilmu yang mempelajari cara berpikir logis yakni bagaimana suatu kesimpulan lahir dari premis-premis yang sahih. Pemahaman ini penting agar diskusi tidak berhenti pada adu pendapat, melainkan bergerak menuju argumentasi yang dapat diuji.
Salah satu teori mendasar dalam logika adalah struktur argumen, yang tersusun atas premis dan kesimpulan. Premis adalah pernyataan yang memberikan alasan, fakta, atau dasar untuk mendukung suatu klaim. Sedangkan Kesimpulan ialah pernyataan yang ditarik dari premis-premis tersebut.
Argumen yang baik harus memenuhi dua syarat: valid (secara bentuk logis benar) dan sound (premis-premisnya benar secara faktual). Misalnya:
Premis 1: Semua manusia akan mati.
Premis 2: Sahabat Musleh seorang manusia.
Kesimpulan: Sahabat Musleh Akan mati.
Struktur ini menunjukkan bagaimana logika bekerja secara sistematis, sehingga diskusi memiliki landasan yang dapat diuji secara rasional.
Sedangkan premis dibagi 2 yaitu,
1. Premis Mayor adalah pernyataan umum (universal) yang menjadi dasar utama bagi argumen. Premis ini berisi kategori besar yang mencakup semua anggota dari suatu kelompok.
2. Premis Minor adalah pernyataan khusus yang menempatkan satu objek atau subjek ke dalam kategori yang disebutkan dalam premis mayor.
Dalam kesimpulan, ada dua bentuk utama penalaran yaitu deduksi dan induksi.
1. Penalaran deduktif bergerak dari pernyataan umum menuju kesimpulan khusus. Jika premis-premisnya benar, kesimpulannya pasti benar.
2. Penalaran induktif bergerak dari fakta-fakta khusus menuju generalisasi. Kesimpulan induktif bersifat mungkin benar tetapi tidak absolut.
Selain itu, terdapat bentuk lain seperti analogi, yaitu menarik kesimpulan berdasarkan persamaan antara dua hal. Penalaran analogi sering dipakai dalam diskusi sosial, hukum, bahkan dalam kajian organisasi.
Untuk membuat diskusi lebih sehat, pemahaman logika juga mencakup pengenalan kesesatan berpikir (fallacies) pola nalar keliru yang tampak meyakinkan. Contohnya:
1. Ad hominem ialah menyerang pribadi lawan, bukan argumennya.
2. Strawman ialah memelintir argumen orang lain agar mudah diserang.
3. False cause ialah menganggap dua hal terhubung sebab-akibat tanpa bukti.
4. Hasty generalization ialah menyimpulkan terlalu cepat dari data sangat sedikit.
Kesadaran terhadap sesat pikir ini penting agar diskusi tetap fokus pada substansi, bukan jebakan emosi atau manipulasi retorik.
Pada akhirnya, logika tidak hanya menyediakan alat untuk berpikir benar, tetapi juga membentuk berdialektika, menghargai fakta, menjaga konsistensi, dan menerima kesimpulan yang lebih kuat. Diskusi yang ditopang logika akan menghasilkan pemahaman yang lebih jernih dan keputusan yang lebih matang, terutama dalam ruang-ruang kritis seperti organisasi, akademik, maupun musyawarah masyarakat.
Penulis pegiat sahabat literasi