Berlayar Bersama PMII: Kapal Lokal yang Mengarungi Arus Perubahan
Gambar doc AI
Sering kali dalam diskursus keorganisasian, kita menggunakan berbagai metafora untuk menggambarkan peran dan struktur dalam sebuah organisasi. Salah satu metafora yang paling relevan dan mudah dipahami adalah bahwa organisasi adalah sebuah perahu atau kapal yang berlayar di tengah samudra luas, menghadapi gelombang zaman, arah angin perubahan, dan peta visi-misi sebagai panduan navigasi.
Dalam konteks ini, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) kita ibaratkan sebagai kapal besar yang membawa gagasan, nilai, dan arah pergerakan. PMII bukan sekadar tempat bernaung bagi kader-kader muda, tetapi juga wahana transformasi sosial, wadah perlawanan kultural, dan perahu sejarah yang bergerak menuju masyarakat adil, sejahtera, dan berkeadaban.
Jika kita meminjam istilah dari dunia fiksi, seperti dalam film animasi Jepang One Piece, maka pemimpin kapal disebut sebagai kapten. Dalam narasi tersebut, kapten adalah figur sentral tidak hanya sebagai pengarah arah pelayaran, tetapi juga simbol dari keberanian, keteguhan, dan pengikat loyalitas antar kru. Setiap keputusan kapten bersifat mutlak, sebab ia lahir dari kepercayaan kolektif para kru bahwa sang kapten membawa misi mulia yang layak diperjuangkan.
Analogi ini menjadi menarik ketika kita aplikasikan pada konteks lokal, khususnya PMII Kabupaten Bangkalan. Di tanah Bangkalan yang kaya akan tradisi pesantren, perlawanan sejarah, dan intelektualisme santri, PMII hadir bukan sekadar sebagai organisasi ekstra kampus, tetapi sebagai penjaga denyut peradaban kritis mahasiswa dan kaum muda Mahasiswa. PMII Bangkalan adalah perahu khas yang tidak hanya membawa nilai nasionalisme dan keislaman, tetapi juga membawa identitas kultural Madura yang sarat dengan tradisi, kepercayaan, bahasa, seni, dan kearifan lokal.
Ketua Cabang PMII Bangkalan dalam hal ini dapat dipandang sebagai kapten kapal lokal. Sosok yang tidak hanya memegang kendali arah organisasi, tetapi juga merepresentasikan semangat kolektif kader-kader dari Komisariat UTM, STIUDA, hingga STKIP Bangkalan dan komisariat lainnya. Ucapan dan arahan seorang ketua di tanah Bangkalan bukan sekadar suara struktural, tetapi merupakan hasil dari proses panjang: dialektika wacana, kaderisasi formal, dan pembacaan situasi sosial lokal yang khas.
Dengan demikian, perintah sang kapten ketua di PMII Bangkalan memiliki nilai strategis dan mutlak dalam kerangka kedisiplinan organisasi. Bukan karena bersifat otoriter, tetapi karena ia adalah produk dari kepercayaan struktural dan kultural. Dalam masyarakat Madura, kita mengenal etika patèngghi tor atembangghi, yakni menghormati dan menjaga martabat pemimpin selama ia tetap berpijak pada kebenaran. Begitu pula dengan PMII Bangkalan: loyalitas kader adalah bentuk penghormatan terhadap proses, bukan penghambaan terhadap jabatan.
Namun perlu digarisbawahi, bahwa mutlaknya perintah bukan berarti membungkam dinamika atau kritik. Justru dalam kultur PMII Bangkalan yang hidup di antara pesantren dan kampus, diskusi, kritik, dan kaderisasi intelektual menjadi nadi utama pergerakan. Tetapi setelah semua musyawarah ditempuh dan keputusan diambil, maka kader dituntut untuk satu komando, satu arah, dan satu gerak. Karena sebuah kapal tidak mungkin terus berdebat ketika badai datang ia harus melaju sesuai aba-aba kapten, atau tenggelam tanpa arah.
Akhirnya, PMII Bangkalan adalah kapal peradaban yang khas, berlayar dengan layar tradisi dan kemudi intelektualisme. Para kadernya adalah kru-kru tangguh yang lahir dari akar masyarakat Madura keras, tegas, tapi tetap santun dan beradab. Maka selama sang kapten berlayar dengan kompas nilai-nilai dasar pergerakan (habl minallah, habl minannas, habl minal ‘alam), maka sudah sepatutnya setiap kader ikut menjaga arah dan ritme gerak organisasi ini. Sebab kita bukan hanya pelengkap kapal kita adalah bagian dari gelombang perubahan yang sedang diperjuangkan.
oleh: Biro Literasi


0 Response to "Berlayar Bersama PMII: Kapal Lokal yang Mengarungi Arus Perubahan" 1 Response to "Berlayar Bersama PMII: Kapal Lokal yang Mengarungi Arus Perubahan"
Posting Komentar