Ad
Scroll untuk melanjutkan membaca
Ad

10 NOVEMBER, PERINGATAN KEBANGGAAN BANGKALAN TERHADAP SYEKHONA CHOLIL

Peringatan Hari Pahlawan yang jatuh pada 10 November menjadi saat penting bagi bangsa Indonesia untuk mengenang perjuangan dan pengorbanan para pejuang kemerdekaan. Bagi masyarakat Bangkalan sendiri, momen ini terasa jauh lebih bermakna. Ulama besar dan kharismatik asal Madura, KH. Moh. Syakhona Cholil Bangkalan, kini resmi dianugerahi gelar Pahlawan Nasional sebagai bentuk penghargaan atas kiprah besarnya dalam menanamkan semangat perjuangan serta membangun landasan spiritual bangsa Indonesia.

Syakhona Cholil bukan hanya seorang ulama, tetapi juga guru para pejuang. Dari pesantrennya yang sederhana di Bangkalan, beliau menanamkan nilai-nilai tauhid, keberanian, dan cinta tanah air kepada murid-muridnya yang kelak menjadi tokoh besar perjuangan nasional, di antaranya KH. Hasyim Asy’ari, pendiri Nahdlatul Ulama. 

Melalui ajaran dan keteladanan, Syakhona Cholil menumbuhkan kesadaran bahwa jihad tidak semata-mata berarti perang fisik, tetapi juga perjuangan dalam menegakkan keadilan, ilmu, dan kemanusiaan.

Salah satu kisah yang terus dikenang adalah saat beliau memberikan tongkat dan tasbih kepada KH. Hasyim Asy’ari sebuah simbol estafet perjuangan spiritual dan sosial demi kemerdekaan bangsa. Tongkat itu menjadi lambang bahwa kekuatan perjuangan sejati bersumber dari ilmu dan keimanan, bukan semata kekuasaan atau senjata.

Selain sebagai ulama dan guru bangsa, Syakhona Cholil juga dikenal sebagai penulis dan pengajar karya-karya keislaman klasik. Di antara peninggalan intelektualnya adalah kitab “Sullam at-Taufiq”, yang berisi tuntunan akhlak dan ibadah bagi santri, serta syarah (penjelasan) atas beberapa teks tasawuf dan fikih yang diajarkan di pesantrennya. Beliau juga dikenal menyusun “Risalah Tauhid”, yang berisi penjelasan sederhana tentang keesaan Allah dan dasar keimanan umat Islam, serta “Manasik Haji” yang ditulis untuk membimbing jamaah haji dari Madura pada masa itu. 

Karya beliau disampaikan secara lisan dan diwariskan melalui sanad keilmuan, pengaruhnya tetap hidup melalui tradisi pesantren dan kitab-kitab yang diajarkan murid-muridnya.

Bagi masyarakat Bangkalan mestinya, pengangkatan Syakhona Cholil sebagai Pahlawan Nasional bukan sekadar penghargaan, melainkan pengakuan terhadap warisan spiritual dan intelektual Madura yang turut membentuk karakter bangsa Indonesia. Sosok beliau mengajarkan bahwa kekuatan sejati bangsa lahir dari akhlak, keberanian, dan keteguhan hati dalam memperjuangkan kebenaran.

Kini, Hari Pahlawan 10 November tidak hanya menjadi peringatan nasional, tetapi juga hari kebanggaan bagi Bangkalan tanah kelahiran seorang ulama pejuang, pencerah umat, dan pahlawan sejati Syakhona Cholil Bangkalan, cahaya Madura yang sinarnya menerangi Indonesia dari masa ke masa.

Penulis: Solehul Akmal (Kaderisasi) 
Baca Juga
Tag:
Postingan Terbaru
  • 10 NOVEMBER, PERINGATAN KEBANGGAAN BANGKALAN TERHADAP SYEKHONA CHOLIL
  • 10 NOVEMBER, PERINGATAN KEBANGGAAN BANGKALAN TERHADAP SYEKHONA CHOLIL
  • 10 NOVEMBER, PERINGATAN KEBANGGAAN BANGKALAN TERHADAP SYEKHONA CHOLIL
  • 10 NOVEMBER, PERINGATAN KEBANGGAAN BANGKALAN TERHADAP SYEKHONA CHOLIL
  • 10 NOVEMBER, PERINGATAN KEBANGGAAN BANGKALAN TERHADAP SYEKHONA CHOLIL
  • 10 NOVEMBER, PERINGATAN KEBANGGAAN BANGKALAN TERHADAP SYEKHONA CHOLIL
Ad
Ad
Tutup Iklan
Ad