sahabatliterasi.net-Peran kader PMII dalam membangun Islam moderat di era Modern mencakup revitalisasi nilai-nilai Aswaja yang toleran, penguatan literasi digital untuk menangkal radikalisme, dan keterlibatan aktif dalam isu-isu kemanusiaan dan kebangsaan.
Penting rasanya, untuk mengkaji kembali nila dasar aswaja sebagai benteng moderasi. Aswaja adalah Manhaj al-Harokah dan Manhaj al-Fikr yang hidup menempatkan keseimbangan sebagai inti ajaran. Dalam pandangan Aswaja, agama bukan sekadar ritual, tetapi juga akhlak dan kemanusiaan.
Memadukan antara akal dan wahyu, teks dan konteks, tradisi dan kemajuan. Nilai-nilai inilah yang menjadi fondasi ideologis PMII mengarahkan kadernya untuk berpikir kritis tanpa kehilangan adab, beragama dengan damai tanpa kehilangan prinsip.
Di tengah gemuruh zaman yang serba cepat dan tanpa arah pasti, manusia modern sering kehilangan pijakan nilai. Teknologi berkembang pesat, informasi melimpah, tetapi hati manusia kian gersang, dalam kondisi seperti inilah PMII memanggil kader-kadernya untuk kembali memaknai peran, bukan sekadar aktivis kampus, melainkan pelanjut tugas peradaban membumikan Islam rahmatan lil ‘alamin di bumi modern ini.
Basis Moderasi Islam PMII lahir dari rahim tradisi keislaman yang berpijak pada Aswaja, yang mengajarkan keseimbangan antara teks dan konteks, antara iman dan akal, serta antara kepentingan agama dan kemanusiaan. Di tengah meningkatnya arus tradisi yang sudah ada dan keyakinan kuat terhadap keagamaan, PMII berperan penting dalam menghidupkan kembali nilai-nilai Aswaja yang di terapkan dalam NDP agar tetap relevan dan kontekstual. Melalui pendidikan kader, forum diskusi, dan kegiatan dakwah intelektual, PMII terus menanamkan nilai-nilai aswaja kepada kader-kadernya.
Revitalisasi ini bukan sekadar slogan, tetapi menjadi arah gerak dalam menjawab problem sosial seperti intoleransi, polarisasi politik identitas, dan penyebaran ujaran kebencian atas nama agama. Membumikan Islam rahmatan lil ‘alamin berarti menghidupkan semangat tawasuth (moderat), tasamuh (toleran), tawazun (seimbang), dan i’tidal (adil). Empat pilar dasar Aswaja ini bukan hanya slogan, tetapi panduan moral dan intelektual bagi kader PMII dalam membaca realitas dunia modern. Di tengah ekstremisme agama dan liberalisme tanpa batas, Aswaja mengajarkan jalan tengah, berpikir terbuka tanpa tercerabut dari akar iman.
PMII, dengan ruh Aswaja-nya, memiliki tanggung jawab besar dalam membentuk wajah Islam yang ramah dan beradab. Islam yang menjadi rahmat bagi seluruh alam bukan hanya dalam tataran wacana, tetapi dalam tindakan nyata dalam kepedulian sosial, advokasi keadilan, dan pemberdayaan masyarakat. Kader PMII harus mampu menjadi agen rahmat, bukan hanya agen perubahan.
Konteks keindonesiaan yang majemuk, peran PMII sebagai agen moderasi Islam menjadi sangat signifikan. Melalui revitalisasi nilai Aswaja, penguatan literasi digital, dan keterlibatan aktif dalam isu kemanusiaan dan kebangsaan, PMII terus membuktikan dirinya sebagai motor penggerak Islam yang damai, adaptif, dan relevan dengan zaman.
Di tengah derasnya tantangan globalisasi dan disrupsi ideologi, PMII bukan hanya sekadar organisasi mahasiswa, melainkan laboratorium intelektual dan moral yang menyiapkan generasi muda Islam Indonesia untuk menjadi penjaga peradaban moderat di masa depan.
Penulis: Musleh Maulana (Kader PMII STAIDA)